Jumat, 22 November 2024

AI Lebih dari Sekadar Mesin, Memahami Dampak Kecerdasan Buatan di Kehidupan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran. Foto: iStock

Tepat 16 Juli ini dunia memperingati Hari Apresiasi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) Appreciation Day.

Pada Selasa (16/7/2024) hari ini merupakan momen merayakan pencapaian teknologi AI di berbagai bidang, seperti sains, teknologi, hingga kesehatan.

“Perkembangan dua tahun terakhir ini benar-benar luar biasa. Sekarang sudah benar-benar jadi asisten dalam pekerjaan kita. Jadi setiap pekerjaan yang dikerjakan, semestinya sudah bisa didukung oleh AI assistant ini,” terang Esther Irawati Setiawan Google Developer Expert Machine Learning dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya.

Esther juga menyoal berbagai spekulasi dan pendapat bahwa AI menggantikan peran manusia. Dia mengakui bahwa hal itu masih menjadi perdebatan.

“Tapi tetap manusia yang menjadi kontrolnya. Sebenarnya ini juga tergantung kita. Sebab AI seharusnya berjalan sesuai dengan arahan manusia,” terang.

Selain itu, menurut Esther, sumber data yang diolah oleh AI sebenarnya hasil karya manusia. Misal dalam kasus chatbot, di mana AI bisa mengeloa data yang beredar di dunia maya.

“Jadi memang harus dibatasi, untuk keputusan yang penting ya tetap diatur oleh manusia. Kalau sampai AI-nya autopilot dan bisa membahayakan manusia, itu salah programmer-nya,” terangnya.

“Jadi ya diatur tugasnya, juga responsible-nya ini. Sebab menjadi bahaya kalau dipakai untuk hal yang tidak benar, itu harus diatur,” imbuh Esther.

Associate Professor di Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) tersebut juga memberi contoh sejumlah pekerjaan-pekerjaan yang bisa digantikan oleh AI. Mulai dari resepsionis hotel, customer service, hingga shopper agent.

“Ciri khasnya, kalau pekerjaan itu repetitif, tidak butuh kreativitas atau ide-ide baru setiap, itu memang bisa digantikan (oleh AI) dengan mudah,” ungkapnya.

“Namun jika sebuah pekerjaan masih butuh kebijakan, butuh pertimbangan dan kreativitas, biasanya AI hanya menjadi asisten. Seperti tool-tool untuk generate image, misalnya. Kan ada concern juga ini akan memenggantikan kreativitas. Namun itu sebenarnya hanya untuk asisten saja. Sebab biasanya hasil AI pun masih perlu diatur lagi,” terang Esther.

Meski demikian, tentu saja kehadiran AI memberikan banyak manfaat. Misalnya, AI bisa dimanfaatkan untuk memprediksi terjadinya gempa bumi.

“Misalnya pencegahan ketika ada bencana. Sebelumnya terjadi ciri-ciri yang bisa diinformasikan ke masyarakat misalnya akan ada gempa, bisa segera berlindung sebelum terjadi gempa,” sebut Esther.

Kemudian, pola edukasi juga berubah. Dulu, seseorang masih ke toko buku untuk mempelajari sesuatu. Sekarang, dengan adanya AI, seseorang bisa sewaktu-waktu punya guru les pribadi.

Dengan perkembangan AI ini, Esther menekankan tentang masalah etika. Sehingga fungsi AI tidak disalahgunakan untuk hal-hal negatif. Misalnya membuat fake news.

Kemudian, AI juga dapat dimanfaatkan untuk memperkuat perlindungan data. Sehingga data lebih aman dan tidak mudah diretas.

“Jadi perlindungan data ini perlu diproteksi sistem, jangan sampai ada celah. Ini juga menjadi konsentrasi di cyber security, ketika ada serangan, bisa segera diamankan. Perlindungan data bisa berbasis AI. Bisa diatur dengan berbagai model enskripsi untuk menggunakan algoritma yang lebih kompleks,” jabarnya. (saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs